Ada 4 TEORI masuknya Islam di Nusantara, Yukz Cari tahu…

Pengungkapan masuknya Islam di Nusantara, jangan hanya terfokus pada siapa, kapan, dan dimana, serta bukan pada apa dan bagaimana Islam masuk di Nusantara. Pembahasan tersebut akan terjawab sendiri jika pembahasan bertolak dari apa itu Islam dan bagaimana merasuk ke dalam kehidupan bangsa Nusantara.

Bangsa Nusantara bukanlah subordinat negara-negara bangsa di dunia, tetapi ia tetap terikat pada hukum baja peradaban dunia. Tidak ada satu pun negara bangsa di dunia ini yang terus menerus berjaya, atau sebaliknya (selalu menjadi jajahan bangsa lain). Nusantara pada masa milenium pertama merupakan bangsa besar yang memiliki peranan penting dalam kancah politik global. pada masa Khilafah Islamiyah yang dibangun oleh Muhammad Rasulullah mendunia pada abad VII, Nusantara menjad salah satu kekuatan penting dalam politik global kala itu yang layak diperhitungkan dalam upaya menyukseskan visi Islam, yaitu rahmatn lil alamin, menyatukan dan mendamai sejahterakan semesta.

Ada 4 Teori masuknya Islam ke Nusantara, yang pertama adalah Teori Gujarat, teori ini di kemukakan oleh: J. Pijnappel (1822-1901 M), prosefor bahasa melayu di Universitas Leidem, Prof. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje atau Haji Abdul Ghaffar (1857-1936 M) dan Sejarawan asal Belanda-Jeaan Pierre Moquette (1856-1927 M).

J. Pijnapple mengungkapkan bahwa Islam datang ke ke Nusantara bukan berasal dari Arab atau Persia secara langsung, melainkan darai India, terutama dari pantai barat, yakni Gujarat dan Malabar, banyak orang Arab bermazhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India. Dari sanalah selanjutnya Islam menyebar ke Nusantara (Nor Huda, 2014: 32).

Sedangkan Snouck mengatakan bahwa setelah Islam memperoleh pijakan yang kuat di kota-kota pelabuhan India Selatan; wilayah Malabar dan Coromandel, Sejumlah muslim Dhaka (Deccan) banyak yang hidup di sana sebagai perantara dalam perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara. Mereka datang ke Kepulauana Melayu sebagai penyebar Islam awal mula. Kemudian, mereka diikuti oleh orang-orang Arab, terutama yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad dengan memakai gelar Sayyid atau Syarif yang menjalankan dakwah Islam, baik sebagai para ustad maupun sultan (azyumardi Azra, 2002: 24-25). Selain itu, Snouck juga berpendapat bahwa abad XII merupakan waktu yang paling mungkin dan paling awal bagi Islamisasi di Kepulauan Melayu, Indonesia (Nor Huda, 2014: 35)

Dari sudut pandang berbeda, Moquette melalu pengamatannya terhadap batu nisan di Pasai yang berangka 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 M, yang katanya identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/ 1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Lebih jauh Moquette mengatakan bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi bahwa dari penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya diproduksi lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sumatra dan Jawa. Oleh karena itu, berdasarkan logika linier, dia menyimpulkan bahwa karena mengambil batu nisan dari Gujarat, maka orang-orang Melayu di Nusantara juga mengambil Islam dari wilayah tersebut (Azyumardi Azra, 2002: 25).

Yang kedua adalah Teori Arab, teori ini mengatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara bukan dari Coromandel dan Malabar, melainkan dibawa oleh para pedagang dari Jazirah Arab ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad VII dan VIII Masehi. Hal ini didasarkan pada sumber berita Cina yang menyebutkan bahwa menjelang perempat abad VII Masehi, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir barat Sumatra. Bahkan beberapa orang Arab ini telah melakukan perkawinan dengan penduduk setempat yang kemudian membentuk komunitas muslim. Teori Arab ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Azyumardi Azra, Keyzer (1859), Niemann (1861) dan De Hollander (1861), P.J. Veth (1878), serta Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad.

Yang ketiga adalah Teori Cina, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara bersamaan dengan migrasi orang-orang cina ke Asia Tenggara. Selain di Palembang pada tahun 879 M, muslim Cina juga menyebar kdi Kedah, Campa, Brunei, Pesisir timur Tanah Melayu dan Jawa Timur. Teori ini dikuatkan dengan ditemukannya batu nisan Syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah bertuliskan tahun 903 M; batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 m; batu nisan di Pekan, Pahan bertahun 1028 M; batu nisan Putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan di Brunei bertahun 1048 M dan batu nisan Fatimah binti Maimun di Gresik, Jawa Timur bertarikh 1082 M (Islam Comes to Malaysia, 1963).

Dan yang terakhir adalah Teori Maritim, teori ini menjadi plot-twist atas teori-teori yang diungkapan sebelumnya. Teori ini meyakini bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotori sendiri oleh manusia Nusantara yang ulung dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Mereka berlayar ke negeri-negeri yang jauh, termasuk ke wilayah asal Islam atau negeri-negeri yang jauh termasuk ke wilayah asal Islam atau negeri-negeri yang sudah menganut Islam terlebih dahulu. Mereka berinteraksi dengan orang-orang di sana dan kembali ke tanah air dengan membawa ajaran Islam yang kemudian disebarluaskan di Nusantara.

Sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch mempertegas argumen Teori Maritim dengan menyebut bahwa para pelaut dan pedagang asli Nusantara bersinggungan langsung dengan para saudagar muslim, terutama yang datang dari Timur-Tengah, khususnya Arabia. Mereka kemudian memperkenalkan Islam di jalur perdagangan yang disinggahi. Menurut Bloch, ini terjadi sekitar abad VII M dan dimulai dari pesisir Aceh dan seterusnya, hingga tersebar luas ( Akhmad Jenggis Prabowo, 2011).

Menurut Anda, Teori mana yang mendekati dan bisa jadi acuan??

1 comments on “Ada 4 TEORI masuknya Islam di Nusantara, Yukz Cari tahu…

  1. Ping-balik: KEKHILAFAHAN SEBAGAI JALAN MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA, Kenapa tidak pernah dibahas? | Nakim Sanwirja (NS)

Tinggalkan komentar